OPINI - Manakala melihat kalender-kalender yang terpampang di rumah-rumah, sebenarnya tidak perlu menanyakan kapan akan mengawali puasa Ramadhan 1445 H, karena 1 Ramadhan 1445 H sudah tertulis pada hari Selasa Pon, 12 Maret 2024 M. Namun demikian, ternyata tidak semua kalender menuliskan 1 Ramadhan 1445 H di hari yang sama; Ada sebagian yang menuliskannya di hari Senin, 11 Maret 2024. Ini artinya perbedaan dalam mengawali hari berpuasa tahun ini sudah di depan mata.
Mengapa perbedaan itu bisa terjadi? Perbedaan menentukan awal bulan Ramadhan 1445 H atau bulan hijriyah secara umum bukan semata-mata karena perbedaan konsep hisab dan rukyat. Perbedaan muncul adakalanya perbedaan sistem hisab yang dipakai dan bisa juga karena adanya ketidaksamaan kriteria yang dipakai (digunakan).
Walaupun memakasi sistem hisab yang sama, hasil hisab yang sama, namun (ketika) kriteria yang (digunakan) (tidak sama) maka kesimpulannya menjadi berbeda. Apalagi kalau sistem hisab yang dipakai (tidak sama) tentu peluang berbedanya menjadi semakin besar.
Diantara kriteria yang mashur dipakai umat Islam di Indonesia dalam penentuan awal bulan hijriyah adalah kriteria wujudul hilal dan imkanur ru’yah. Kriteria wujudul hilal berisikan tiga (3) kriteria secara kumulatif, yaitu: 1) Telah terjadi ijtimak/ konjungsi; 2) Ijtimā‘ terjadi sebelum matahari terbenam/qablal gurūb; 3) Saat matahari terbenam bulan telah berada di atas ufuk. Kriteria wujudul hilal ini di Indonesia digunakan oleh PP. Muhammadiyah. Sedangkan kriteria Imkanur Ru’yah mendasarkan awal bulan baru hijriyah pada tinggi bulan (hilal) minimal 3 derajat dan elongasi (jarak sudut bulan-matahari) minimal 6, 4 derajat (biasa disebut juga kriteria 3-6, 4).
Jika tinggi hilal dan elongasi belum memenuhi kriteria tersebut, maka dilakukan istikmal. Kriteria ini disebut dengan kriteria MABIMS yang disahkan oleh menteri-menteri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Kriteria Imkanur Ru’yah di Indonesia antara lain digunakan oleh Kementerian Agama RI dan PBNU.
Bagaimana penggunaan kriteria tersebut dalam melihat hasil hisab awal Ramadhan dan Syawal 1445 H?. Diketahui berdasarkan hasil hisab hilal awal Ramadhan dan Syawal 1445 H di MARKAZ: 7o 43’ LS dan 109o 23’ BT sebagai berikut:
1. Bulan Ramadhan 1445 H
Ijtima Akhir Sya’ban 1445 H : Ahad Legi, 10 Maret 2024
Waktu Ijtima : 16:2:45 WIB
Tinggi Hilal Mar’i : 1o 0’ 16”
Sudut Elongasi : 2° 26' 54"
2. Bulan Syawal 1445 H
Ijtima Akhir Ramadhan 1445 H : Selasa Legi, 9 April 2024
Waktu Ijtima : 1:23:21 WIB
Tinggi Hilal Mar’i : 6o 10’ 19”
Sudut Elongasi : 9° 36' 11"
Berdasarkan data tersebut, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Berdasarkan kriteria wujudul hilal, Tanggal 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M karena kriteria wujudul hilal sudah terpenuhi. Indikatornya, yakni tinggi hilal sudah di atas 0 derajat (hilal sudah wujud); Sedangkan awal Syawal 1445 H jatuh pada Rabu Pahing, 10 April 2024 karena kriteria wujudul hilal sudah terpenuhi. Indikatornya, tinggi hilal sudah di atas - 0 - derajat (hilal sudah wujud).
2. Berdasarkan kriteria imkanur ru’yah, Tanggal 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Selasa Pon, 12 Maret 2024 M karena kriteria imkanur ru’yah belum terpenuhi. Indikatornya, tinggi hilal masih di bawah 3 derajat dan elongasi di masih bawah 6, 4 derajat; Sedangkan awal Syawal 1445 H jatuh pada Rabu Pahing, 10 April 2024 karena kriteria imkanur ru’yah sudah terpenuhi. Indikatornya, tinggi hilal sudah di atas 3 derajat dan elongasi melebihi 6, 4 derajat. Dalam kriteria ini, belum cukup informasi bahwa hilal sudah wujud, namun wujudnya harus sudah sampai pada batas mungkin untuk dilihat--.
Dari bacaan hasil hisab tersebut nampak adanya perbedaan dalam mengawali bulan Ramadhan 1445 dan - kesamaan - dalam mengawali bulan Syawal 1445 H. Namun demikian, mengapa baru PP. Muhammadiyah yang sudah mengumumkan awal Ramadhan 1445 jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 dan Awal Syawal 1445 H jatuh pada Rabu Pahing, 10 April 2024; Sementara Pemerintah, dalam hal ini Kemenag RI dan juga PBNU serta ormas lain belum mengumumkan secara resmi?
Jawaban sederhananya, karena PP. Muhammadiyah sudah mencukupkan diri dengan hasil hisab dengan kriteria wujudul hilal sebagai patokan menentukan awal bulan hijriyah, sehingga tidak perlu menunggu hasil ru’yatul hilal; Sedangkan Kemenag RI, PBNU, serta ormas lain menganggap ru’yatul hilal itu penting untuk menferifikasi hasil hisab kriteria imkanur ru’yah.
Data hisab digunakan sebagai pemandu ru’yah dan ru’yah digunakan untuk menverifikasi kebenaran hasil hisab. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad Saw:
صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ).
“Berpuasalah karena melihat hilāl dan berbukalah karena melihat hilāl. Jika hilāl tertutup awan maka sempurnakanlah bilangan Sya’bān menjadi 30 hari.” (HR. Al-Bukhāri dan Muslim).
Sehingga wajar manakala isbat awal Ramadhan dan Syawal 1445 H dari Kemenag RI, ikhbar dari LFPBNU, serta informasi dari ormas lain menunggu hasil ru’yatul hilal di seluruh wilayah Indonesia; Meskipun secara teori sudah terlihat bahwa Tanggal 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Selasa Pon, 12 Maret 2024 M dan awal Syawal 1445 H jatuh pada Rabu Pahing, 10 April 2024.
Akhirnya, perbedaan pendapat yang ada semoga menjadi rahmat, tetaplah bertoleransi, menghormati pendapat orang lain yang berbeda. Selamat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1445 H dengan penuh suka cita dan kebahagiaan, semoga mampu mengisinya dengan beragam ibadah dan amal shaleh, Aamiin.
Oleh: KH. Misbahus Surur, Dosen Ilmu Falak UNUGHA, Kabupaten Cilacap
Baca juga:
Kaum Sodom, Sejarah Terulang Kembali
|
Judul: Kapan Mengawali Puasa Ramadhan 1445 H, Penulis (S/Djarmanto-YF2DOI)